FESTIVAL BUDAYA DI KULONPROGO : Makan Bersama di Kembul Sewu Dulur -Jogjapolitan » Harian Jogja
Hallo sahabatku, Komunitas Warga Kulon Progo, Kita jumpa lagi Pada Artikel ini. Pada hari ini , saya telah siap membagikan artikel sederhana buat anda. Yang anda baca kali ini dengan judul FESTIVAL BUDAYA DI KULONPROGO : Makan Bersama di Kembul Sewu Dulur -Jogjapolitan » Harian Jogja, Kami berharap isi postingan Artikel Budaya Kulonprogo, ini bisa bermanfaat buat kita semua.
Festival Budaya Kembul Sewu Dulur kembali digelar di Bendung Kahyangan, Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo, Rabu (30/11). Inilah laporan wartawan Harian Jogja, Rima Sekarani I.N.
“Ayo, dek. Makanannya dihabisin biar dapat nonton jaran,” kata Rismiyati terhadap anaknya. Tangan kirinya mengangkat nasi dengan beberapa lauk dan kerupuk yang disajikan dalam mangkuk daun pisang. Dirinya tengah menyuapi seorang anak lelaki berumur lima tahun bernama Riko Pratama. Sesekali, dirinya juga memasukkan makanan ke mulutnya sendiri.
Rismiyati hanyalah satu dari ratusan orang yang berkumpul di wilayah Bendung Kahyangan untuk mengikuti Kembul Sewu Dulur. Mereka datang dari belasan dusun di Pendowoharjo dengan mengangkat nasi kenduri. Nasi beserta sayur dan lauk pauk pendukungnya diletakkan dalam tenong, yaitu wadah khusus berbentuk lingkaran yang terbuat dari anyaman bambu.
Setelah doa bersama, nasi kenduri tersebut dimakan bersama-sama. Dalam bahasa Jawa, kata ‘kembul’ terbukti mempunyai pengertian bersama, namun kenyataannya ‘dulur’ adalah saudara. Inti dari Kembul Sewu Dulur adalah melakukan kegiatan bersama dengan orang-orang yang dianggap telah bagai saudara sendiri. Tak heran apabila suasana siang itu terasa hangat dan akrab. Masyarakat saling berbagi, makan bersama, dan mengobrol santai.
Rismiyati menyuapkan nasi sekali lagi ke mulut anaknya. Riko tak tidak sedikit berkomentar dan mengunyahnya dengan tenang. Namun, ibunya semakin berbicara bahwa mereka wajib segera turun ke sungai di wilayah tersebut. Tetap ada upacara budaya Guyang Jaran yang berubah tahap dari rangkaian festival budaya hari itu. “Makan itu terbukti enak andai ramai-ramai begini. Nafsu makannya kayak bertambah,” ujar warga Dusun Kluwih, Pendoworejo itu.
Festival Budaya Kembul Sewu Dulur sebetulnya berjalan dalamwaktu dua hari sejak Selasa (29/11) kemarin. Kegiatan hari pertama dimeriahkan dengan beberapa pertunjukan kesenian tradisional, bagai jatilan, tari angguk, dan pentas dolanan anak. Agenda hari kedua lalu dimulai dengan kirab budaya dari Lapangan Turusan Pendoworejo menuju wilayah Bendung Kahyangan. Masyarakat selanjutnya dahar kembul bisa juga makan bersama sebelum beranjak ke agenda berikutnya, yaitu Guyang Jaran.
Guyang Jaran dilaksanakan di tempuran Sungai Kahyangan dan Sungai Ngiwa. Beberapa kuda kepang dari kelompok jatilan dimandikan di sana dengan diiringi musik gamelan. Upacara itu dipimpin seorang pemangku adat. Dirinya tampak beberapa kali tampak menebarkan bunga di sungai dan ikut mengusap jaran kepang dan kepala pemainnya.
Usai Guyang Jaran, festival budaya tetap berlanjut sampai malam hari. Beberapa kesenian kembali dipentaskan untuk menghibur masyarakat. Diantaranya jatilan, musik ciblon, macapatan, salawat, dan wayang kulit.
Pemangku budaya Bendung Kahyangan, Sri Mulyono mengatakan, Festival Budaya Kembul Sewu Dulur adalah tradisi untuk merayakansaparan rebo pungkasan. Nasi kenduri dalam tenong adalah wujud rasa syukur masyarakat atas limpahan berkat dari Tuhan. Dirinya juga berbicara apabila makan bersama diinginkan dapat mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan. “Tujuannya terbukti untuk mengakrabkan dan membangun silaturahm,” ujar dia.
Editor: Sumadiyono | dalam: Kulon Progo |
Sumber: FESTIVAL BUDAYA DI KULONPROGO : Makan Bersama di Kembul Sewu Dulur -Jogjapolitan » Harian Jogja
“Ayo, dek. Makanannya dihabisin biar dapat nonton jaran,” kata Rismiyati terhadap anaknya. Tangan kirinya mengangkat nasi dengan beberapa lauk dan kerupuk yang disajikan dalam mangkuk daun pisang. Dirinya tengah menyuapi seorang anak lelaki berumur lima tahun bernama Riko Pratama. Sesekali, dirinya juga memasukkan makanan ke mulutnya sendiri.
Rismiyati hanyalah satu dari ratusan orang yang berkumpul di wilayah Bendung Kahyangan untuk mengikuti Kembul Sewu Dulur. Mereka datang dari belasan dusun di Pendowoharjo dengan mengangkat nasi kenduri. Nasi beserta sayur dan lauk pauk pendukungnya diletakkan dalam tenong, yaitu wadah khusus berbentuk lingkaran yang terbuat dari anyaman bambu.
Setelah doa bersama, nasi kenduri tersebut dimakan bersama-sama. Dalam bahasa Jawa, kata ‘kembul’ terbukti mempunyai pengertian bersama, namun kenyataannya ‘dulur’ adalah saudara. Inti dari Kembul Sewu Dulur adalah melakukan kegiatan bersama dengan orang-orang yang dianggap telah bagai saudara sendiri. Tak heran apabila suasana siang itu terasa hangat dan akrab. Masyarakat saling berbagi, makan bersama, dan mengobrol santai.
Rismiyati menyuapkan nasi sekali lagi ke mulut anaknya. Riko tak tidak sedikit berkomentar dan mengunyahnya dengan tenang. Namun, ibunya semakin berbicara bahwa mereka wajib segera turun ke sungai di wilayah tersebut. Tetap ada upacara budaya Guyang Jaran yang berubah tahap dari rangkaian festival budaya hari itu. “Makan itu terbukti enak andai ramai-ramai begini. Nafsu makannya kayak bertambah,” ujar warga Dusun Kluwih, Pendoworejo itu.
Festival Budaya Kembul Sewu Dulur sebetulnya berjalan dalamwaktu dua hari sejak Selasa (29/11) kemarin. Kegiatan hari pertama dimeriahkan dengan beberapa pertunjukan kesenian tradisional, bagai jatilan, tari angguk, dan pentas dolanan anak. Agenda hari kedua lalu dimulai dengan kirab budaya dari Lapangan Turusan Pendoworejo menuju wilayah Bendung Kahyangan. Masyarakat selanjutnya dahar kembul bisa juga makan bersama sebelum beranjak ke agenda berikutnya, yaitu Guyang Jaran.
Guyang Jaran dilaksanakan di tempuran Sungai Kahyangan dan Sungai Ngiwa. Beberapa kuda kepang dari kelompok jatilan dimandikan di sana dengan diiringi musik gamelan. Upacara itu dipimpin seorang pemangku adat. Dirinya tampak beberapa kali tampak menebarkan bunga di sungai dan ikut mengusap jaran kepang dan kepala pemainnya.
Usai Guyang Jaran, festival budaya tetap berlanjut sampai malam hari. Beberapa kesenian kembali dipentaskan untuk menghibur masyarakat. Diantaranya jatilan, musik ciblon, macapatan, salawat, dan wayang kulit.
Pemangku budaya Bendung Kahyangan, Sri Mulyono mengatakan, Festival Budaya Kembul Sewu Dulur adalah tradisi untuk merayakansaparan rebo pungkasan. Nasi kenduri dalam tenong adalah wujud rasa syukur masyarakat atas limpahan berkat dari Tuhan. Dirinya juga berbicara apabila makan bersama diinginkan dapat mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan. “Tujuannya terbukti untuk mengakrabkan dan membangun silaturahm,” ujar dia.
Editor: Sumadiyono | dalam: Kulon Progo |
Sumber: FESTIVAL BUDAYA DI KULONPROGO : Makan Bersama di Kembul Sewu Dulur -Jogjapolitan » Harian Jogja
Itulah tadi Sahabat Komunitas Warga Kulon Progo,sedikit uraian tentang FESTIVAL BUDAYA DI KULONPROGO : Makan Bersama di Kembul Sewu Dulur -Jogjapolitan » Harian Jogja.
Oh ya kawan, sebelum anda meninggalkan halaman ini mungkin beberapa artikel pada halaman di bawah ini juga sedang anda cari.
Semoga artikel FESTIVAL BUDAYA DI KULONPROGO : Makan Bersama di Kembul Sewu Dulur -Jogjapolitan » Harian Jogja yang saya bagikan di hari ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat buat anda semua. Oke, sampai disini dulu yaaaah....Lain kali jumpa di postingan artikel berikutnya.
Terimakasih anda telah membaca artikel FESTIVAL BUDAYA DI KULONPROGO : Makan Bersama di Kembul Sewu Dulur -Jogjapolitan » Harian Jogja dan bila artikel ini bermanfaat menurut anda tolong bagikan ke rekan sanak saudara anda agar mereka juga tahu tentang ha ini, bagikan artikel ini dengan alamat link https://kwkp.blogspot.com/2016/12/festival-budaya-di-kulonprogo-makan.html
No comments
Post a Comment