Hallo sahabatku, Komunitas Warga Kulon Progo, Kita jumpa lagi Pada Artikel ini. Pada hari ini , saya telah siap membagikan artikel sederhana buat anda. Yang anda baca kali ini dengan judul , Kami berharap isi postingan Artikel KULINER, ini bisa bermanfaat buat kita semua.
Kulon Progo - Meskipun sederhana sayur ndeso selalu bikin kangen. Di Warung ini ada sayur tholo, besengek tempe dan bacem ayam. Sedapnya bikin nambah nasi!
Sayur ndeso selalu bikin kangen. Di Warung ini ada sayur tholo, besengek tempe dan bacem ayam. Sedapnya bikin nambah nasi! Jangan sepelekan tampilan sayur yang sederhana ala kampung. Seperti racikan sayur dan lauk-pauk di warung Mbah Kebo di Kulon Progo ini.
Warung makan Mbah Kebo berlokasi di Dusun Jambon, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan di Kulon Progo, Yogyakarta. Berupa rumah sederhana dengan papan kayu sebagai dinding di bagian depan, dan sebagian lagi di samping dan belakang berdinding anyaman bambu ini mampu menarik selera pelanggan hingga luar Kulon Progo.
Mereka datang ke warung makan ini karena menu khasnya yang bikin kangen. Namanya 'jangan tholo'. Dalam bahasa Jawa 'jangan' berarti sayur dan tholo merujuk pada kacang beras yang mungil kecokelatan sebagai bahan bakunya.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Sayur berkuah santan ini berisi daun mlinjo muda, tempe semangit (tempe yang sudah disimpan 2-3 hari), kacang tholo serta cabe rawit dan cabai merah yang digiling kasar. Tampilannya tak terlalu menarik tapi sekali cicip terasa pedas gurih yang enak.
Menu lain yang jadi andalan di warung makan ini adalah ayam bacem, tempe dan tahu besengek. Ayam bacem merupakan olahan ayam yang diungkep, dimasak dengan sedikit air dengan bumbu bacem. Bawang merah, bawang putih, ketumbar, gula Jawa, daun salam dan lengkuas.
Warna ayam jadi sedikit kecokelatan dengan rasa manis gurih. Ayam yang dipakai jenis ayam kampung yang dibacem selama 2 jam sehingga bumbunya meresap. Ayam ini kemudian digoreng sebentar hingga agak kering kecokelatan.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Sementara besengek tahu dan tempe diolah dengan bumbu besengek. Berupa bawang merah, bawang putih, kemiri, gula Jawa, lengkuas, daun salam dan santan encer. Pastinya rasanya gurih meresap dan mantap.
Pelanggan warung ini datang dari dari Magelang, Solo, Jakarta, Kebumen dan beberapa kota lain. Mereka datang karena penasaran dengan sayur tholo dan tempe atau tahu besengek yang legendaris Mbah Kebo.
"Kadang mereka datang bawa mobil banyak, rombongan. Macem-macem asalnya, mereka datang jauh-jauh ke sini karena ingin mencicipi sayur tholo, tempe, tahu besengek, dan ayam baceman, tapi juga kadang foto-foto," cerita Mbah Kebo.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Sumiyati yang biasa dipanggil Boinem merupakan pemilik warung legendaris dan sekaligus juru masak yang berusia 67 tahun. Ia sudah berjualan selama 37 tahun. Menurutnya ia bukan pertama yang menjual masakan tradisional tersebut, tetapi kini sudah generasi ketiga.
"Yang pertama jualan Jangan Tholo adalah Mbah saya yang bernama Mbah Sumodrono, kemudian diteruskan oleh bapak saya Mangunwiyono, dan saat ini gantian saya yang jualan. Saya sendiri sudah 37 tahun meneruskan usaha ini," ujar Sumiyati dalam bahasa Jawa.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Tak heran rasa dari menu yang disajikan masih terasa khas, karena memang resepnya pun juga turun temurun. Cara memasak mbah Boinem pun masih menggunakan tungku kayu bakar.
Tak hanya lauk-pauk saja, cara menanak nasinya pun juga masih memakai cara lama, dengan cara liwet menggunakan kendil. Beras dan air dimasak dengan api kecil memakai periuk dari aluminium. Maka tak heran saat Anda datang ke warung tersebut ada kendil di meja saji berjajar dengan beragam lauk dan sayur. Selain menyediakan lauk ayam kampung goreng, Sumiyati juga menyediakan ayam potong goreng, telur, ikan, dan beragam gorengan.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Nama Mbah Kebo sendiri itu berasal dari warga yang datang ke warungnya. Tidak ada cerita khusus dengan nama panggilan yang sampai sekarang dikenal masyarakat dengan sebutan Mbah Kebo dan juga menjadi nama warungnya.
"Parapan saya adalah Boinem, dari nama panggilan tersebut akhirnya warung ini diberi nama Mbah Kebo, biar lebih gampang manggilnya," tambah Sumiyati.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Jika Anda ingin datang ke warung ini tidaklah sulit, kalau dari pusat kota Yogyakarta mengarah ke arah Wates. Sampai pertigaan Sentolo belok kanan ke arah Waduk Sermo. Hingga di pertigaan Joresan belok kanan kurang lebih 200 meter, dengan posisi warung berada di kanan jalan.
Warung ini buka dari pukul 07.00-15.00 WIB. Soal harga, relatif murah. Dengan Rp 18.000 Anda sudah bisa menikmati nasi, sayur tholo, tempe dan tahu besengek, ayam bacem, dan es teh. Harga yang terjangkau, porsi memuaskan, warung yang nyaman, tentu membuat orang kembali datang.
(odi/odi)
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Sayur berkuah santan ini berisi daun mlinjo muda, tempe semangit (tempe yang sudah disimpan 2-3 hari), kacang tholo serta cabe rawit dan cabai merah yang digiling kasar. Tampilannya tak terlalu menarik tapi sekali cicip terasa pedas gurih yang enak.
Menu lain yang jadi andalan di warung makan ini adalah ayam bacem, tempe dan tahu besengek. Ayam bacem merupakan olahan ayam yang diungkep, dimasak dengan sedikit air dengan bumbu bacem. Bawang merah, bawang putih, ketumbar, gula Jawa, daun salam dan lengkuas.
Warna ayam jadi sedikit kecokelatan dengan rasa manis gurih. Ayam yang dipakai jenis ayam kampung yang dibacem selama 2 jam sehingga bumbunya meresap. Ayam ini kemudian digoreng sebentar hingga agak kering kecokelatan.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Sementara besengek tahu dan tempe diolah dengan bumbu besengek. Berupa bawang merah, bawang putih, kemiri, gula Jawa, lengkuas, daun salam dan santan encer. Pastinya rasanya gurih meresap dan mantap.
Pelanggan warung ini datang dari dari Magelang, Solo, Jakarta, Kebumen dan beberapa kota lain. Mereka datang karena penasaran dengan sayur tholo dan tempe atau tahu besengek yang legendaris Mbah Kebo.
"Kadang mereka datang bawa mobil banyak, rombongan. Macem-macem asalnya, mereka datang jauh-jauh ke sini karena ingin mencicipi sayur tholo, tempe, tahu besengek, dan ayam baceman, tapi juga kadang foto-foto," cerita Mbah Kebo.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Sumiyati yang biasa dipanggil Boinem merupakan pemilik warung legendaris dan sekaligus juru masak yang berusia 67 tahun. Ia sudah berjualan selama 37 tahun. Menurutnya ia bukan pertama yang menjual masakan tradisional tersebut, tetapi kini sudah generasi ketiga.
"Yang pertama jualan Jangan Tholo adalah Mbah saya yang bernama Mbah Sumodrono, kemudian diteruskan oleh bapak saya Mangunwiyono, dan saat ini gantian saya yang jualan. Saya sendiri sudah 37 tahun meneruskan usaha ini," ujar Sumiyati dalam bahasa Jawa.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Tak heran rasa dari menu yang disajikan masih terasa khas, karena memang resepnya pun juga turun temurun. Cara memasak mbah Boinem pun masih menggunakan tungku kayu bakar.
Tak hanya lauk-pauk saja, cara menanak nasinya pun juga masih memakai cara lama, dengan cara liwet menggunakan kendil. Beras dan air dimasak dengan api kecil memakai periuk dari aluminium. Maka tak heran saat Anda datang ke warung tersebut ada kendil di meja saji berjajar dengan beragam lauk dan sayur. Selain menyediakan lauk ayam kampung goreng, Sumiyati juga menyediakan ayam potong goreng, telur, ikan, dan beragam gorengan.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Nama Mbah Kebo sendiri itu berasal dari warga yang datang ke warungnya. Tidak ada cerita khusus dengan nama panggilan yang sampai sekarang dikenal masyarakat dengan sebutan Mbah Kebo dan juga menjadi nama warungnya.
"Parapan saya adalah Boinem, dari nama panggilan tersebut akhirnya warung ini diberi nama Mbah Kebo, biar lebih gampang manggilnya," tambah Sumiyati.
Foto: Ayu Rifka Sitoresmi/detikcom
Jika Anda ingin datang ke warung ini tidaklah sulit, kalau dari pusat kota Yogyakarta mengarah ke arah Wates. Sampai pertigaan Sentolo belok kanan ke arah Waduk Sermo. Hingga di pertigaan Joresan belok kanan kurang lebih 200 meter, dengan posisi warung berada di kanan jalan.
Warung ini buka dari pukul 07.00-15.00 WIB. Soal harga, relatif murah. Dengan Rp 18.000 Anda sudah bisa menikmati nasi, sayur tholo, tempe dan tahu besengek, ayam bacem, dan es teh. Harga yang terjangkau, porsi memuaskan, warung yang nyaman, tentu membuat orang kembali datang.
(odi/odi)
Itulah tadi Sahabat Komunitas Warga Kulon Progo,sedikit uraian tentang .
Oh ya kawan, sebelum anda meninggalkan halaman ini mungkin beberapa artikel pada halaman di bawah ini juga sedang anda cari.
Semoga artikel yang saya bagikan di hari ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat buat anda semua. Oke, sampai disini dulu yaaaah....Lain kali jumpa di postingan artikel berikutnya.
Terimakasih anda telah membaca artikel dan bila artikel ini bermanfaat menurut anda tolong bagikan ke rekan sanak saudara anda agar mereka juga tahu tentang ha ini, bagikan artikel ini dengan alamat link https://kwkp.blogspot.com/2018/08/adsbygoogle-window.html
1 comment
Mbah Kebo sangat melegenda sejak dulu, masakan "jangan Tholo" sangat nyusss. Bagi para pemburu kuliner tradisional di tempat Mbah Kebo sangat cocok.
Post a Comment