Upacara WIWIT dan Makna Budaya


Hallo sahabatku, Komunitas Warga Kulon Progo, Kita jumpa lagi Pada Artikel ini. Pada hari ini , saya telah siap membagikan artikel sederhana buat anda. Yang anda baca kali ini dengan judul Upacara WIWIT dan Makna Budaya, Kami berharap isi postingan ini bisa bermanfaat buat kita semua.

Baca juga





Para sederek memasuki masa panen para kadang tani biasanya mengadakan upacara menyambut masa panen ini yang kemudian disebut upacara wiwit atau wiwitan. Upacara ini sudah berlangsung turun temurun, sebagai wujud rasa syukur kepada Allah atas hasil panen padi. Krembangan Online sempat mengabadikan upacara tahun lalu, seperti yang dilakukan oleh para kadang tani Dusun V, Krembangan, Panjatan ,Kulon Progo, yaitu bulan Februari 2011, tepatnya hari Rabu pagi mereka mengadakan upacara wiwit ini.

Para kadang Tani Dusun V, Desa Krembangan, Kecamatan Panjatan, Kulonprogo berkumpul dibulak Tirtowening yang diadakan setahun sekali. Didalam upacara ini mereka membawa bermacam-macam makanan tradisional seperti nasi gurih,bakmi,sayuran, nasi tumpeng dan tidak ketinggalan ingkung (ayam yang sudah dimasak/direbus). Setelah bersama-sama memanjatkan doa para warga yang dateng makan bersama, sebagian makanan ada yang ditanam disawah dan sebagian dibawa pulang, kami menyebutnya sebagai "berkat"

Begitu banyak budaya Jawa yang ada dan hidup di lingkungan masyarakat. Adanya perkembangan dan perubahan zaman, ternyata telah mempengaruhi keberadaan budaya Jawa itu sendiri. Bila kita kembali mengingat masa kecil, tentu kita akan ingat ketika bapak tani akan menanam padinya. Kita akan diundang untuk mengikuti “wiwitan”. Wiwitan yang dalam bahasa Indonesia berarti memulai panen, sebenarnya memiliki makna yang tinggi dalam masyarakat Jawa. Didalam wiwitan terjadi interaksi horizontal antara manusia, dan alam, sedangkan interkasi vertikal terjadi antara manusia dan sang pencipta.

Letak interaksi horizontal antara manusia dan alam ditunjukan dalam prosesi “ngguwaki” (membuang). Prosesi ini dilakukan dengan membuang sesaji di pojok-pojok sawah. Pada upacara wiwitan pada umumnya menggunakan sesaji seperti: nasi, buah-buahan dan snack-snack makanan kecil. Bagi masyarakat tertentu prosesi membuang sesaji dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia, karena dalam prosesi ini yang dia buang adalah makanan. Dari sudut pandang ilmu pertanian, prosesi membuang sesaji adalah hal yang positif. Mengapa demikian? Ketika makanan dibuang di pojok-pojok sawah, makanan seperti nasi, buah-buahan, dan makanan yang lain akan menjadi makanan bagi cacing-cacing tanah dan mikroorganisme lain, sehingga cacing dan mikroorganisme dalam tanah berkembang lebih baik dan tanah akan menjadi subur. Bila tanah subur diharapkan hasil panenan pun akan melimpah. Disinilah telah terjadi interaksi antara manusia dengan alam dimana interaksi tersebut saling menguntungkan.

Interaksi vertikal dalam prosesi wiwitan terlihat bahwa prosesi ini adalah sebagai alat untuk rasa bersyukur terhadap sang pencipta atas hasil panen yang melimpah. Rasa syukur ini diwujudkan dengan membagi-bagikan makanan yang sekaligus sebagai sesaji kepada masyarakat di sekelilingnya yang pada umumnya adalah anak-anak kecil................



Itulah tadi Sahabat Komunitas Warga Kulon Progo,sedikit uraian tentang Upacara WIWIT dan Makna Budaya.

Oh ya kawan, sebelum anda meninggalkan halaman ini mungkin beberapa artikel pada halaman di bawah ini juga sedang anda cari.

Semoga artikel Upacara WIWIT dan Makna Budaya yang saya bagikan di hari ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat buat anda semua. Oke, sampai disini dulu yaaaah....Lain kali jumpa di postingan artikel berikutnya.

Terimakasih anda telah membaca artikel Upacara WIWIT dan Makna Budaya dan bila artikel ini bermanfaat menurut anda tolong bagikan ke rekan sanak saudara anda agar mereka juga tahu tentang ha ini, bagikan artikel ini dengan alamat link https://kwkp.blogspot.com/2011/12/upacara-wiwit-dan-makna-budaya.html

No comments