Sendangsono merupakan kompleks peziarahan umat Katolik dan senng disebut sebagai Lourdes-nya Indonesia karena hampir mirip dengan tempat ziarah di Lourdes, Perancis. Terletak di daerah Pegunungan Menoreh yang jauh dari hiruk pikuk keramaian dan polusi udara menjadikan tempat ziarah ini memiliki iklim yang sejuk dan suasana tenang serta kondusif untuk berdoa dan bermenung. Meski tempat ini merupakan tempat ziarah umat Katolik, tempat ini terbuka untuk umum. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung beragama lain yang datang ke Sendangsono untuk sekedar menikmati suasana hening dan damai yang kental terasa di tempat ini.

Sebelum diresmikan menjadi tempat peziarah oleh Romo J.B PrennthalerSJ pada 7 Desember 1929, Tempat ini dulunya merupakan tempat pemberhentian atau peristirahatan sejenak para pejalan kaki dari Borobudur ke Boro atau sebaiknya. Tempat ini dijadikan tempat peristirahatan karena keberadaan sendang (mata air) diantara dua pohon Sono. Tempat ini juga sering digunakan untuk bertapa oleh sejumlah rohaniawan Budha. Keberadaan sendang diantara dua pohon Sono menjadikan tempat ini dinamai SENDANGSONO

Saat Ajaran Katolik mulai disebarkan didaerah Kalibawang, air sendangitu digunakan oleh Romo Van Lith untuk ritual membaptisan termasuk Romo Barnabas Sarikromo sebagai pengikut pertama. Kemudia tempat tersebut dibangun oleh Romo Van Lith dan umat Katolik sebagai tempat Ziarah

Saat Itu kompleks peziarahan ini masih sempit, hanya berupa Gua Maria, Kapel, dan halaman yang berbatasan dengan sungai.
Seiring berjalannya waktu tempat ini banyak dikunjungi oelh para peziarah sehingga tempat yang sudah ada tidak muat untuk menampung jumlah peeziarah yang datang.
Pada tahun 1974 mulailah pembangunan serta perluasan lahan . Pembangunan secara bertahap ini dipimpin oleh Romo YB Mangunwijaya.

Sesuai dengan ciri khas arsitektur Romo Mangun kopnsep bangunan yang ada di kompleks Sendangsono bernuansa jawa dan ramah lingkungan bahan-bahan yang digunakan dari alam sekitar dan para pekerja dari warga sekitar Sendangsono.
Oleh karena itu bangunan Sendangsono pernah mendapatkan Penghargaan Aga Khan Award, dari ikatan Arsiterk Indonesia pasda tahun 1991 untuk kategori bangunan Khuisus.

‪#‎album_kulonprogo‬
18 Agustus pukul 11:01Publik