Kabupaten Kulon Progo



Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas




Langsung ke: navigasi, cari

















































































Kabupaten Kulon Progo
Kulonprogo Seal.svg

Lambang Kabupaten Kulon Progo

Moto: Binangun (Beriman, Indah, Nuhoni, Aman, Nalar, Guyub, Ulet, dan Nyaman).



Lokasi DIY Kabupaten Kulonprogo.svg

Peta lokasi Kabupaten Kulon Progo

Koordinat: 7°38'42" - 7°59'3" Lintang Selatan dan 110°1'37" - 110°16'26" Bujur Timur
ProvinsiD.I. Yogyakarta
Dasar hukumUU No. 18 tahun 1951
Tanggal15 Oktober 1951
Ibu kotaWates
Pemerintahan
 - Bupatidr. Hasto Wardoyo
 - DAURp. 594.978.790.000.-(2013)[1]
Luas586,27 km2
Populasi
 - Total470.520 jiwa (2011)
 - Kepadatan802,57 jiwa/km2
Demografi
 - Kode area telepon0274
Pembagian administratif
 - Kecamatan12
 - Kelurahan88
 - Situs webhttp://www.kulonprogokab.go.id/

Kabupaten Kulon Progo (bahasa Jawa: Hanacaraka, ꦏꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿ​ꦒ​; Latin, Kulonprågå) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Wates. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di timur, Samudra Hindia di selatan, Kabupaten Purworejo di barat, serta Kabupaten Magelang di utara. Nama Kulon Progo berarti sebelah barat Sungai Progo (kata kulon dalam Bahasa Jawa artinya barat). Kali Progo membatasi kabupaten ini di sebelah timur.



Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan, yang dibagi lagi atas 88 desa dan kelurahan, serta 930 Pedukuhan (sebelum otonomi daerah dinamakan Dusun). Pusat pemerintahan di Kecamatan Wates, yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya dari pusat Ibukota Provinsi DIY, di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya - Yogyakarta - Bandung. Wates juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Jawa. Kulon Progo menggunakan kodepos 55611 (lama) dan 55600/55651 (baru).



Bagian barat laut wilayah kabupaten ini berupa pegunungan (Bukit Menoreh), dengan puncaknya Gunung Gajah (828 m), di perbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga ke pantai. Pantai yang ada di Kabupaten Kulonprogo adalah Pantai Congot, Pantai Glagah (10 km arah barat daya kota Wates atau 35 km dari pusat Kota Yogyakarta) dan Pantai Trisik.



Sejarah[sunting | sunting sumber]


Daerah yang saat ini termasuk wilayah Kabupaten Kulon Progo hingga berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia Belanda merupakan wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kulon Progo yang merupakan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kabupaten Adikarto yang merupakan wilayah Kadipaten Pakualaman. Kedua kabupaten ini digabung administrasinya menjadi Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 15 Oktober 1951.



Kabupaten Kulon Progo[sunting | sunting sumber]






Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo



Sebelum Perang Diponegoro di daerah Negaragung, termasuk di dalamnya wilayah Kulon Progo, belum ada pejabat pemerintahan yang menjabat di daerah sebagai penguasa. Pada waktu itu roda pemerintahan dijalankan oleh pepatih dalem yang berkedudukan di Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah Perang Diponegoro 1825-1830 di wilayah Kulon Progo sekarang yang masuk wilayah Kasultanan terbentuk empat kabupaten yaitu:




  • Kabupaten Pengasih, tahun 1831

  • Kabupaten Sentolo, tahun 1831

  • Kabupaten Nanggulan, tahun 1851

  • Kabupaten Kalibawang, tahun 1855


Masing-masing kabupaten tersebut dipimpin oleh seorang tumenggung. Menurut buku Prodjo Kejawen pada tahun 1912, Kabupaten Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang digabung menjadi satu dan diberi nama Kabupaten Kulon Progo, dengan ibukota di Pengasih. Bupati pertama dijabat oleh Raden Tumenggung Poerbowinoto.



Dalam perjalanannya, sejak 16 Februari 1927 Kabupaten Kulon Progo dibagi atas dua kawedanan dengan delapan kapanewon, sedangkan ibukotanya dipindahkan ke Sentolo. Dua kawedanan tersebut adalah Kawedanan Pengasih yang meliputi Kapanewon Lendah, Sentolo, Pengasih dan Kokap/Sermo. Kawedanan Nanggulan meliputi Kapanewon Watumurah/Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh.


Berikut adalah daftar Bupati Kulon Progo sampai dengan tahun 1951 adalah sebagai berikut:



  1. RT. Poerbowinoto

  2. KRT. Notoprajarto

  3. KRT. Harjodiningrat

  4. KRT. Djojodiningrat


  5. KRT. Pringgodiningrat

  6. KRT. Setjodiningrat

  7. KRT. Poerwoningrat


Kabupaten Adikarto[sunting | sunting sumber]


Di daerah selatan Kulon Progo ada suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarto. Menurut buku Vorstenlanden disebutkan bahwa pada tahun 1813, Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Kali Progo sepanjang pantai selatan yang dikenal dengan nama Pasir Urut Sewu. Oleh karena tanah pelungguh itu letaknya berpencaran, maka sentono ndalem Paku Alam yang bernama Kyai Kawirejo I menasehatkan agar tanah pelungguh tersebut disatukan letaknya. Dengan satukannya pelungguh tersebut, maka menjadi satu daerah kesatuan yang setingkat kabupaten. Daerah ini kemudian diberi nama Kabupaten Karang Kemuning dengan ibukota Brosot.



Sebagai Bupati yang pertama adalah Tumenggung Sosrodigdoyo. Bupati kedua, R. Rio Wasadirdjo, mendapat perintah dari KGPAA Paku Alam V agar mengusahakan pengeringan Rawa di Karang Kemuning. Rawa-rawa yang dikeringkan itu kemudian dijadikan tanah persawahan yang Adi (Linuwih) dan Karta (Subur) atau daerah yang sangat subur. Oleh karena itu, maka Sri Paduka Paku Alam V lalu berkenan menggantikan nama Karang Kemuning menjadi Adikarta pada tahun 1877 yang beribukota di Bendungan. Kemudian pada tahun 1903 bukotanya dipindahkan ke Wates. Kabupaten Adikarta terdiri dua kawedanan (distrik) yaitu kawedanan Sogan dan kawedanan Galur. Kawedanan Sogan meliputi kapanewon (onder distrik) Wates dan Temon, sedangkan Kawedanan Galur meliputi kapanewon Brosot dan Panjatan.


Bupati di Kabupaten Adikarta sampai dengan tahun 1951 berturut-turut sebagai berikut:



  1. Tumenggung Sosrodigdoyo

  2. R. Rio Wasadirdjo

  3. R.T. Surotani

  4. R.M.T. Djayengirawan

  5. R.M.T. Notosubroto

  6. K.R.M.T. Suryaningrat


  7. Mr. K.R.T. Brotodiningrat

  8. K.R.T. Suryaningrat (Sungkono)


Penulisan Sejarah Kabupaten Adikarto dalam Perda Kabupaten Kulon Progo tentang hari jadi Kabupaten Kulon Progo mengundang kritik karena dalam penyusunannya sama sekali tidak menggunakan sumber referensi tertulis.


Penggabungan wilayah Kabupaten Adikarto dengan Kabupaten Kulon Progo[sunting | sunting sumber]


Pada tanggal 5 September 1945, Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa Kasultanan dan Pakualaman adalah daerah yang bersifat kerajaan dan daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.



Pada tahun 1951, Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII memikirkan perlunya penggabungan antara wilayah Kasultanan yaitu Kabupaten Kulon Progo dengan wilayah Pakualaman yaitu Kabupaten Adikarto. Atas dasar kesepakatan kedua penguasa tersebut, selanjutnya dikeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 yang ditetapkan tanggal 12 Oktober 1951 dan diundangkan tanggal 15 Oktober 1951. Undang-undang ini mengatur tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 untuk Penggabungan Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Adikarto dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi satu kabupaten dengan nama Kulon Progo yang selanjutnya berhak mengatur dan mengurus rumah-tanganya sendiri. Undang-undang tersebut mulai berlaku mulai tanggal 15 Oktober 1951. Secara yuridis formal Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo adalah 15 Oktober 1951, yaitu saat diberlakukannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.


Selanjutnya pada tanggal 29 Desember 1951 proses administrasi penggabungan telah selesai dan pada tanggal 1 Januari 1952, administrasi pemerintahan baru, mulai dilaksanakan dengan pusat pemerintahan di Wates. Nama-nama yang menjabat Bupati-Wakil Bupati Kulonprogo sejak tahun 1951 sampai sekarang adalah:



  1. KRT.Suryoningrat (1951-1959)

  2. R.Prodjo Suparno (1959-1962)

  3. KRT.Kertodiningrat (1963-1969)

  4. R.Soetedjo (1969-1975)

  5. R.Soeparno (1975-1980)

  6. KRT.Wijoyo Hadiningrat (1981-1991)


  7. Drs.H.Suratidjo (1991-2001)

  8. H.Toyo Santoso Dipo - HM.Anwar Hamid (2001-2006)

  9. H.Toyo Santoso Dipo - Drs.H.Mulyono (2006-2011)

  10. dr.H.Hasto Wardoyo,Sp.OG(K) - Drs.H.Sutedjo (2011-sekarang)[2].


Perkembangan Populasi Di Kulon Progo[sunting | sunting sumber]



http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/userfiles/berita/berita172-img798112_table.jpg


Identitas daerah[sunting | sunting sumber]






Logo pariwisata Kabupaten Kulon Progo





Berkas:Geblekkulonprogo.JPG
Geblek, makanan khas Kulon Progo




Berkas:Batikgeblekrenteng.JPG
Corak batik Geblek Renteng



Kabupaten Kulon Progo memiliki beberapa simbol khas yang menjadi Identitas daerah, diantaranya:



Tema seragam[sunting | sunting sumber]



  • Batik Geblek Renteng, corak batik khas bergambar geblek yang berjajar (jawa:renteng) yang menjadi seragam identitas resmi bagi pegawai negeri sipil dan pelajar[3][4].



Kuliner[sunting | sunting sumber]


Makanan rakyat yang populer dan biasa dikonsumsi oleh warga Kabupaten Kulon Progo, khususnya oleh penduduk lokal yang sering disebut Jajan pasar, diantaranya[5]:



  • Geblek, makanan tradisional yang hanya dijual secara eksklusif di wilayah Kabupaten Kulon Progo saja. Makanan yang terbuat dari pati singkong, tepung tapioka basah, atau tepung kanji kemudian digoreng. memiliki citarasa khas, kenyal dan berwarna putih. Bentuknya sekilas seperti angka delapan.




  • Growol', merupakan makanan tradisional dari ketela yang memiliki rasa agak masam. Pembuatan growol membutuhkan waktu empat hari, yaitu sejak proses merendam ketela yang telah dikupas dan diiris kecil-kecil ke dalam air, kemudian ditiriskan serta dihancurkan, sebelum akhirnya dikukus. Growol dipercaya bermanfaat untuk mencegah kegemukan serta menyembuhkan penyakit maag dan penyakit gula. Growol juga digunakan sebagian warga yang tengah menjalani diet. Pada zaman dahulu, growol dikonsumsi para petani sebagai pengganti nasi saat mereka memanen padi di sawah atau saat musim krisis pangan (paceklik).



  • Tempe Benguk, bahan dasar tempe benguk ini adalah tanaman koro (bengok). Tempe benguk memiliki rasa gurih santan yang khas, sehingga dipopulerkan secara nasional sebagai pendamping tempe kedelai. Selain itu bijinya mengandung gizi yang sangat tinggi.



  • Peyek Undur-undur, Peyek (sejenis kerupuk) ini dapat dijumpai di kawasan pesisir pantai. Bahan utama peyek ini adalah Undur-undur laut. Peyek undur-undur laut ini dibuat dari beberapa bahan seperti tepung beras, tepung kanji,kuah santan,bawang putih,kemiri,tumbar,garam, kencur dan daun jeruk. Daun jeruk berfungsi sebagai penghilang bau amis pada undur-undur. Makanan khas pesisir pantai ini dipercaya berkhasiat menjaga kesehatan, menurunkan gula darah sekaligus mampu mengobati beberapa penyakit seperti Diabetes melitus dan stroke.



Transportasi dan Bisnis[sunting | sunting sumber]


Jalur darat[sunting | sunting sumber]



Kabupaten Kulon Progo relatif mudah dijangkau dengan menempuh jalur darat dari arah barat, timur maupun utara karena letaknya yang berada ditengah pulau Jawa. Tersedia sebuah stasiun dan terminal yang terletak di ibukota Kabupaten, Yaitu Stasiun Wates dan Terminal Wates. Hal ini dikarenakan Kabupaten Kulon Progo dilintasi jalan utama lintas pulau Jawa melalui Jalur selatan dan juga dilintasi jalur kereta pulau Jawa. Direncanakan setelah pembangunan Bandara baru nantinya stasiun dan terminal baru akan diintegrasikan dengan bandara tersebut. Angkutan umum jumlahnya terbatas selain karena biaya operasional yang meningkat, mayoritas masyarakat beralih ke kendaraan pribadi seperti motor, mobil atau sepeda. Dokar sudah sangat sulit ditemui, namun becak masih bertahan.


Jalur udara[sunting | sunting sumber]


Pemerintah pusat telah mengindikasikan bahwa bandara baru untuk Daerah Istimewa Yogyakarta akan berlokasi di Kabupaten Kulon Progo. Rencananya adalah untuk membangun sebuah bandara dengan landasan pacu 3.250 meter yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional. Rencana awal adalah untuk menyediakan fasilitas untuk melayani hingga 10 juta penumpang per tahun. Kemudian ekspansi mungkin menampung hingga 20 juta penumpang per tahun dalam fase - 3 . Sekitar 637 hektar lahan sedang disisihkan untuk proyek tersebut. Dari jumlah ini, 40 % diklasifikasikan sebagai tanah "Paku Alam (Sultan)" sedangkan sisanya milik masyarakat setempat. Lokasi yang diusulkan berada di Kecamatan Temon antara Pantai Congot dan Pantai Glagah (yang meliputi Desa Palihan, Desa Sindutan, Desa Jangkaran dan Desa Glagah).[6]



Jalur laut[sunting | sunting sumber]


Selain bandara, pelabuhan baru juga direncanakan untuk dibangun dalam waktu dekat. Akan tetapi pelabuhan ini merupakan pelabuhan ikan. Disebutkan pelabuhan yang rencananya akan dibangun di pesisir Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, Kulonprogo ini akan diberi nama Pelabuhan Tanjung Adikarta. Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Sutardjo menegaskan pemerintah pusat menargetkan Pelabuhan Tanjung Adikarta beroperasi awal tahun 2014. Diperkirakan Pelabuhan Tanjung Adikarta akan menampung sekitar 400 unit kapal.[7]


Layanan publik[sunting | sunting sumber]



Waduk Sermo[sunting | sunting sumber]


Terdapat sebuah waduk buatan yang berada di atas pegunungan di Kecamatan Kokap yang melayani kebutuhan air sebagian wilayah Kulon Progo. Waduk yang bernama Waduk Sermo ini dibangun pada tanggal 1 Maret 1994 sedang peresmiannya pada tanggal 20 November 1996 oleh mantan presiden Soeharto. Studi kelayakan Bendungan Sermo dilakukan oleh Mac Donald tahun 1980, dilanjutkan oleh PT Indra Karya tahun 1985 dan 1991, dan Final Assesment of Sermo DAM dilakukan oleh Electroconsult tahun 1992 dengan kesimpulan pembangunan Bendungan Sermo layak ditinjau dari segi teknis dan ekonomis. Final assesment itu telah diteliti oleh ADB dan disetujui masuk lingkup IISP pada September 2003. Biaya yang dikeluarkan untuk konstruksi Bendungan Sermo mencapai Rp 22,4 miliar.


Waduk Sermo di Kabupaten Kulon Progo ini dianggap sebagai bendungan dengan kualitas air terbaik diantara bendungan lain di Indonesia dengan sedimentasi minimal. Waduk seluas 21,3 kilometer persegi ini mampu menampung air sebanyak 21,9 juta meter kubik. Tujuan dibangunnya waduk Sermo adalah untuk suplesi daerah irigasi Sistem Kalibawang dengan areal 7.152 hektar. Selain kebutuhan irigasi, air dari waduk juga digunakan untuk air baku air minum PDAM Kulonprogo sebesar 150 liter/detik dan penggelontoran Kota Wates sebesar 50 liter/detik. Dan kontribusi sabuk hijau bagi masyarakat adalah untuk pengawetan air di sumber air alternatif, hijauan makanan ternak, dan tanaman serbaguna[8].


Daftar nama dokter hewan berikut tempat tugasnya[sunting | sunting sumber]




  1. Drh. Wikrama Satyadarma : Pedukuhan Setan, Wijimulyo, Nanggulan, Telp. 0817 909 4592

  2. Drh. Eko Sulistyadi : Puskeswan Wates.

  3. Drh. Antoni Kirwanto : Puskeswan Panjatan.

  4. Drh. Kustirah : Puskeswan Lendah.

  5. Drh. Haryadi : Puskeswan Pengasih.

  6. Drh. Sepnur Wijaya : Belakang Kantor Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan, Telp. 0812 276 4751


  7. Drh. Mariana : Glagah, Telp. 0852 2809 0262

  8. Drh. Anis Pramundari : Puskeswan Nanggulan

  9. Drh. Yuriati :Puskeswan Girimulyo

  10. Drh. Triatmojo : Puskeswan Samigaluh

  11. Drh. Wawan Budianto : Puskeswan Kokap

  12. Drh. Ambar Widuri : Puskeswan Sentolo


  13. Drh. Aan Awaludin : Pedukuhan Bunder, Banaran, Galur, Kulon Progo,


Olahraga[sunting | sunting sumber]


Persikup (Persatuan Sepakbola Kulonprogo), tim sepakbola Kabupaten Kulon Progo, berjuluk Pendekar Bukit Menoreh, bermarkas di Stadion Cangkring berkapasitas 7 ribu penonton. Kini berlaga di Divisi III Liga Indonesia wilayah Yogyakarta.


Kecamatan[sunting | sunting sumber]



Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan. Berikut adalah daftar kecamatan di Kulon Progo :



Kawasan Industri Sentolo[sunting | sunting sumber]



Dalam rangka menciptakan kawasan industri yang ramah lingkungan dan bebas polusi, maka dikembangkan kawasan industri di Sentolo, Kabupaten Kulonprogo yang rencananya adalah sbb:


• Untuk kawasan Banguncipto, yaitu pengolahan hasil pertanian dan peternakan, dan jasa pergudangan


• Untuk kawasan Tuksono : tekstil, industri obat, furnitur, komponen elektronik, perakitan komputer, teknologi tinggi, IT, logam, permesinan, elektronik, kimia, dan jasa pergudangan - See more at: http://www.jogjainvest.jogjaprov.go.id/id/where-to-invest/detail/26/kawasan-industri-sentolo#sthash.bQpeCjog.dpuf


Pengembangan kawasan Industri Sentolo ditujukan untuk berbagai industri tersebut seluas lebih dari 1.400 hektar. Lokasi tersebut berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Wilayah Sentolo merupakan wilayah aglomerasi karena posisi Sentolo yang berada di wilayah perbatasan sehingga memiliki peluang menagkap dampak pengmbangan perkotaan di wilayah Sleman dan Bantul. Sebagai wilayah aglomerasi, sentolo berpeluang untuk pengembangan industri pemukiman dan perdagangan. Lokasi Sentolo berada di Jalur jalan nasional, propinsi dan jalan poros desa,serta cukup dekat dengan stasiun kereta api. Jarak antara wilayah Sentolo dengan kota wates sekitar 8 km, jarak menuju pusat kota Yogyakarta (Malioboro) sekitar 16 km, dan 17 km ke calon bandara internasional. Prasarana pendukung yang telah tersedia adalah listrik dan air. Saat ini telah tersedia kawasan siap bangun seluas 140,8 ha.


Kawasan industri Sentolo menjadi kawasan strategis untuk investasi dan yang seharusnya diminati oleh investor, pertama, karena Kulon Progo menjadi salah satu Kabupaten yang diberikan kawasan industri untuk DIY dan Jawa Tengah. Kawasan ini masih ‘terbuka’ untuk calon investor baru. Kedua, Sentolo ke depan akan menjadi ‘segitiga emas’ yang menghubungkan Sentolo, Borobudur (Jawa Tengah) dan Malioboro. Ketiga, Sentolo sangat dekat (25 menit) ke calon bandara internasional dan 25 menit dari Malioboro sebagai pusat bisnis di Yogyakarta. Keempat, Sentolo akan menjadi sentra kerajinan di DIY dan akan menjadi seperti Tanggulangin Surabaya


Tokoh dari Kulon Progo[sunting | sunting sumber]




Pranala luar[sunting | sunting sumber]




Referensi[sunting | sunting sumber]